Rabu, 17 November 2010

"Hujan" by Iman BlackArt Rose on Wednesday, August 19, 2009 at 3:44pm

"Seandainya aku bisa secantik dirimu."
Seperti biasa, D'eonelia bermain di taman kota Marveilles, Prancis,dan berbicara kepada sekuntum bunga lili. D'eonelia,putri dari seorang bangsawan kota Marveilles, Brucelelinot Trimonte, di usianya yang masih belia, dia sangat senang bermain di taman. Untuk kesekiankalinya langit mendung menutupi langit kota, disambut oleh hujan yang sepertinya sengaja ingin memisahkan D'eonelia dengan bunga-bunga di taman itu. Di bangku taman yang diteduhkan oleh atap, D'eonelia meneduhkan diri, sementara di sisi lain, setiap orang juga mencari tempat untuk berteduh. Robbin, laki-laki yang baru saja datang dari kota Versailles ikut meneduhkan diri di bangku taman, tempat dimana D'eonelia juga berteduh. Entah ada apa, perasaan hangat di tengah dinginnya derai hujan dirasakan oleh D'eonelia saat memandang Robbin.
Hari berikutnya D'eonelia kembali mengunjungi taman kota karena sudah menjadi kebiasaannya. Hari ini cukup cerah, secerah senyuman D'eonelia. "Lili, aku merasakan kehangatan di hatiku kemarin, layak engkau rasa ketika hujan memberimu kehidupan.". Layaknya sebuah doa, bunga lili mengabulkan permintaan hati D'eonelia. Mendung pun tiba, hujan kembali membasahi bumi, D'eonelia kembali berteduh di bangku taman, sepertinya doa D'eonelia masih terjawab. Sama seperti kemarin, Robbin kembali bertemu dengan D'eonelia saat berteduh dari terpaan hujan. Dengan menekan segala malu, D'eonelia menyapa Robbin, "Jika saya boleh tahu,siapa namamu?"
"Robbin, Robbin De Bearmount." sambut Robbin, dan Robbin kembali bertanya, "Nona sendiri? dan mengapa selalu berteduh di sini?" tanya Robbin.
"D'eonelia Marveillrose, panggil saja saya Lia, sudah menjadi kebiasaan dari kecil saya bermain di taman ini, dan semenjak ayah terlalu sibuk dengan pekerjaannya." jawab D'eonelia.
"Bolehkah saya tahu, di mana nona tinggal?" tanya Robbin.
"Pusat Marveilles, karena ayahku tergolong bangsawan di sini." jawab D'eonelia.
"Brucelelinot Trimonte, diakah ayah nona?" umpan Robbin.
"Tepat, namun saya sudah lama tidak bertemu lagi dengannya. Tuan sendiri? sudah dua hari kita bertemu disini." D'eonelia bertanya balik.
"Saya seorang utusan raja Louis XVII dari Versailles untuk mengurus suatu urusan penting di sini, dan kebetulan kantor saya berada di dekat sini, dan setiap saya pulang, hujan selalu turun." jawab Robbin.

Setiap hari, seusai Robbin pulang dari pekerjaanya dia pergi ke taman kota untuk bertemu dengan D'eonelia. Mereka memiliki hubungan dekat dan saling mencintai. Setiap hari mereka berteduh dari dinginnya hujan yang membasahi kota Marveilles.

Suatu hari, dengan penuh senyuman, D'eonelia berbicara kepada bunga lili di taman, "Hari ini, Robbin ingin melamarku, jadilah saksi hidup cinta kami berdua."
Namun, hari semakin gelap dan senjapun tiba. Robbin yang ditunggu-tunggu tiada terlihat jua, hati D'eonelia merasa sangat cemas, merasa ada yang salah. Pelayan dari rumah D'eonelia datang, seraya lari terengah-engah, menuju D'eonelia dan mengabarkan, Brucelelinot Trimonte, ayahanda D'eonelia telah wafat, dibunuh seseorang ketika di perjalanan pulang menuju rumah. Dengan melupakan penantian akan kedatangan Robbin sesaat, D'eonelia lari menuju rumahnya. Ayahnya terbujur kaku tak bernyawa, di atas mewahnya kasur khas Prancis, namun duka yang menyelimutinya.
D'eonelia meneteskan air mata yang jarang menodai raut wajahnnya yang cerah. Hening, malam itu hanya tangisan yang terdengar.

Beberapa haripun telah berlalu, hujan dan kabut mengisi keheningan kota Marveilles, seorang puteri berada di taman melihat sekuntum bunga lili yang sudah akrab dengannya, telah layu. Terdengar suara tapak kaki melangkah dari arah berlawanan.
"Lia (D'eonelia). jangan melihat kebelakang, ini aku, Robbin, aku sangat menyesal dan berduka saat kau sedih, aku tiada di sisimu. Namun, dengan berat hati aku ingin memberitahukanmu, mungkin ini adalah akhir dari pertemuan kita." suara Robbin pun memudar.
"Tunggu !! jangan tinggalkan aku di kehampaan ini." D'eonelia berteriak seraya membalikkan badannya menghadap Robbin. Namun, ketiadaan yang dilihatnya. Robbin lenyap.

Keesokan harinya. Pagi yang mendung mengiringi suasana hati D'eonelia, di bangku taman yang indah, sekuntum bunga lili dengan sepucuk surat didapati D'eonelia, dari Robbin rupanya.
"Lili ini tak akan layu, seperti cintaku padamu. Aku, yang berada di antara dua pintu, pintu cintaku padamu, dan kewajibanku untuk memenuhi tugasku. Aku, bukan mengurus suatu urusan, namun di kota ini, aku ditugaskan untuk memata-matai Brucelelinot trimonte, yang tiada lain adalah ayahmu. Dan tugas terakhir yang harus ku tebus dengan pengorbanan cintaku, aku harus membunuh ayahmu. Kulakukan untuk memenuhi kewajibanku. Maafkan aku, aku tiada bermaksud untuk melukaimu, namun percayalah, hujan, akan berhenti diganti oleh cerahnya mentari". "Robbin De Bearmount."

Tangisan yang mengakhirinya, hujan telah berlalu, namun air mata masih membasahi hati D'eonelia.

Selesai.

0 komentar: